Kursus Bahasa Belanda dan Dokumentasi Sejarah Kekristenan Indonesia 2018

Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada 15 Januari – 20 April 2018.

Program dan kegiatan Pelatihan dan Kursus ini diadakan bertolak dari kebutuhan akan tersedianya sejumlah tenaga muda di bidang Sejarah Kekristenan Indonesia yang mampu mempelajari (membaca dan memahami) dokumen-dokumen berbahasa asing (terutama berbahasa Belanda) dan mengolahnya lebih lanjut untuk menjadi karya ilmiah. Program ini sudah digagas sejak tahun 2015 dan telah dibahas dalam sejumlah pertemuan antara pihak STFT Jakarta dan Kerk in Actie PKN, yang kemudian tertuang dalam Proposal yang sudah disampaikan kepada Kerk in Actie PKN pada bulan Juni 2017. Mengacu pada latar belakang dan alasan penyelenggaraan program ini, tujuan program ini adalah menghasilkan sejumlah tenaga muda di bidang Sejarah Kekristenan Indonesia yang mampu mempelajari dokumen-dokumen berbahasa asing (terutama berbahasa Belanda) dan mengolahnya lebih lanjut untuk menjadi karya ilmiah. Peserta yang dinilai berhasil mengikuti program ini direkomendasikan untuk menjalani studi lanjutan (pada aras S2 ataupun S3). Dengan demikian diharapkan pada masa depan terdapat sejumlah tenaga ahli di bidang Sejarah Kekristenan Indonesia.

Peserta kegiatan ini adalah utusan dari lembaga pendidikan teologi dan juga sinode gereja dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada 14 peserta yang mengikuti kegiatan ini. Kegiatan terdiri dari dua bagian besar: (1) Pelatihan tentang seluk-beluk arsip (termasuk membaca dan mengolah dokumen-dokumen berbahasa Belanda) yang ditangani sejumlah instruktur, dan (2) Kursus Bahasa Belanda yang dilaksanakan Erasmus Training Centre (ETC).

Berdasarkan evaluasi bersama yang diadakan peserta dan sejumlah instruktur (termasuk penanggungjawab Program) pada hari terakhir (Jumat 20 April 2018), para peserta semua menyatakan bahwa mereka sangat berterimakasih karena mendapat seperangkat pengetahuan dan ketrampilan baru, termasuk Bahasa Belanda; sebagian menyatakan keinginan untuk melanjut ke tingkat yang lebih tinggi. Para instruktur (dari Indonesia dan Belanda) juga melihat bahwa tujuan program ini sebagian besar tercapai, walaupun tidak semua lulus belajar bahasa Belanda (dari 14 orang, 10 dinyatakan lulus).

Dari kegiatan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan, ada beberapa catatan dan rekomendasi yang diberikan oleh PDSGI untuk lembaga pengutus dan juga pengembangan diri peserta yang diutus (lihat Lampiran 6). Catatan dan rekomendasi dibuat berdasarkan hasil akademis peserta, baik yang berasal dari tim pengajar ETC maupun tim dari Belanda, dan juga mempertimbangkan keberadaan lembaga pengutusnya. Beberapa catatan yang diberikan (jika memenuhi penilaian yang baik) adalah sebagai berikut:

  1. Kursus Bahasa Belanda dengan hasil memuaskan (sesuai nilai).
  2. Pengetahuan mengenai studi Sejarah Kekristenan (khususnya zending di Indonesia).
  3. Dasar-dasar dokumentasi dan pengelolaan arsip.

Dan rekomendasi yang diberikan a.l. sebagai berikut:

  1. Kepada peserta diberi kesempatan dan fasilitas untk mengembangkan Pusat Dokumentasi di lingkungan masing-masing
  2. Peserta didorong untuk mengembangkan diri dengan melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.

Lembaga perlu mempertimbangkan dalam hal pengutusan studi (nama peserta) dalam rangka persiapan sebagai calon dosen ataupun calon dosen:

  1. Peringkat akreditasi program studi harus minimal B;
  2. Sekolah yang berada di luar negeri juga harus terakreditasi oleh lembaga yang ditentukan oleh pemerintah di negara tersebut.  Status terakreditasi tersebut telah menjadi ketetapan perundang-undangan di Indonesia yang menyangkut pengembangan kelembagaan dan dosen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *